Riset bioteknologi kelautan masih miskin. Padahal olahan kekayaan biota laut Indonesia berpeluang besar menjadi obat yang handal untuk mengatasi penyakit kanker. “Nilainya bisa mencapai US $ 40 milliar jika menjadi obat atau herbal,” kata Kepala Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Hari Eko Irianto. Potensi kelautan itu diungkapkannya di hari kedua International Conference and the Environment di Aula Timur ITB, Selasa (16/6).

Isi laut yang tengah diteliti sebagai obat, diantaranya, koral, rumput laut, dan tulang rawan ikan hiu. Tulang itu, katanya, tengah dikembangkan sebagai obat kanker. Begitu pun kekayaan koral yang tersebar di laut sekitar Mentawai, Nias, juga Karimun Jawa. “Untuk obat kanker payudara dan serviks,” katanya.

Sementara ekstrak rumput laut alginate, berfungsi untuk menekan kadar gula dalam darah. Selain itu, peneliti kini sedang mencari kemungkinan biota laut untuk bahan obat penyakit tropis seperti demam berdarah.

Sayangnya, kata Hari, para peneliti Indonesia masih kekurangan alat penelitian. Nuclear Magnetic Resonance (MNR) misalnya, di negeri ini hanya ada satu di kantor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Alat itu, ujarnya, berfungsi untuk melihat sel dan fungsinya jika strukturnya diubah.

Kepala Konsorsium Bioteknologi Indonesia Bambang Prasetya juga mengeluhkan fasilitas serta dana pengembangan penelitian yang minim. Setiap tahun, peneliti di konsorsiumnya yang berasal dari 43 instansi pemerintah dan 88 perguruan tinggi se-Indonesia rata-rata menerima dana Rp 120 juta. “Minimal harusnya tiga kali lipat,” tandasnya.

Selain itu, yang menghambat kinerja peneliti adalah gaji yang berkisar Rp 2,5 juta-Rp 4 juta per bulan. Akibatnya, pengembangan hasil penelitian awal kerap mandek. “Pemerintah memang hanya menganggarkan untuk kebutuhan (penelitian) minimal,” ujar Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Cibinong itu. Agar riset berkembang, peneliti Indonesia harus menggandeng peneliti dari luar negeri.

-- ANWAR SISWADI --

Di postkan oleh : TEMPO Interaktif, BANDUNG. Selasa, 16 Juni 2009.

1 komentar:

Dikatakan miskin karena selalu terbentur masalah dana (Lagi" adana)). . Biarlah negara kita belajar dari pengalaman,, jangan sampai potensi yang ada ini kita sia-siakan sehingga peningkatan kesejahteraan rakyat menjadi terhambat.. Eksplor-lah kekayaan bahari kita. .:) Jayalah revolusi Biru ! !

Posting Komentar

About this blog

Ini adalah sebuah catatan mengenai pengalaman dalam keseharian Saya . .

Jika Gajah mati meningalkan belalainya, maka Saya meninggalkan catatan ini..

Hari ini adalah hari yang sebenarnya maka berbahagialah !!

Enjoy this Seaogys Blog . .
and give me a comment to corect a wrong thinks . .

About Me

Foto saya
Awalnya Saya sedang menempuh bangku kuliah di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Program Studi Ilmu Kelautan, Alhamdulillah sekarang Saya sudah LULUS. Saya menempuh bangku perkuliah sejak tahun 2007 sampai dengan Mei 2011. Tertarik pada pengembangan potensi kelautan nasional dan berbagai masalah kelautan yang di hadapi bangsa Indonesia. Ini catatan perjalan Saya, pemikiran yang ditulis dan dituangkan mudah-mudahan menginspirasi pembacanya. Salam hangat. Ogys

ShoutMix chat widget
Leave me a comment, please ..

Followers

My Yahoo Massenger

My Twitter